Monday, January 24, 2011

Sosok seorang pemain senior di Pelita Jaya Esia


Seorang pemain senior dalam bidang olahraga adalah seorang pemain yang sudah berpengalaman dalam menjalani bidangnya selama bertahun-tahun dan bisa membaca situasi karena mereka sudah mengalaminya sering kali. Biasanya, ketenangan dan cara berpikir yang matang merupakan modal utama sebagai seorang pemain senior. Mungkin kecepatan bukan lagi senjata utama mereka, namun cara meredam ego-lah yang membedakan mereka dengan para pemain muda.

Tengok Shaquille O'Neal yang sekarang bermain untuk Boston Celtics. Pemain berusia 38 tahun ini bukan lagi Shaq yang kita kenal dulu dengan segala power dan "presence" yang ditakuti lawan-lawannya. Shaq sekarang lebih digunakan oleh Celtics untuk defense dan rebounding. Pengalaman bermain selama 19 tahun di NBA inilah yang dicari Boston Celtics dari Shaq untuk membantu mereka merebut gelar juara tahun ini. Bagaimana tidak, ia sudah berhasil memperoleh cincin juara sebanyak 4 kali (3 Lakers dan 1 Miami).

Sosok seperti itulah yang dibutuhkan Pelita Jaya Esia untuk merebut gelar NBL pertama mereka tahun ini. Beruntung mereka memiliki Andy Batam dan Romy Chandra yang sudah beberapa kali mencicipi gelar juara dan tegangnya suasana pertandingan championship series.

Di NBL musim ini, beberapa kali terlihat peranan penting Andy Batam dan Romy Chandra di berbagai seri yang telah dilewati. Kita ingat blok Romy Chandra terhadap Antonius Joko di akhir-akhir pertandingan saat mengalahkan Aspac di seri II Bandung. Kita juga ingat bagaimana Andy Batam beberapa kali melesakkan tembakan-tembakan penting saat berhadapan dengan CLS dan SM di seri IV Denpasar kemarin. Semua itu berkat ketenangan dan pengalaman seorang pemain senior di saat-saat krusial sebuah pertandingan.

Menjelang championship series di Surabaya bulan Maret menadatang, peranan dan leadership mereka semakin dibutuhkan untuk menggandeng para pemain Pelita Jaya lainnya yang memang belum pernah merasakan ketegangan itu sebelumnya. Tengok Dimas Aryo, Ary Chandra, Joullius Iroth, Vavories Popo, dan pemain lainnya yang belum memiliki pengalaman dalam sebuah pertandingan hidup dan mati. Ingat, championship series nanti menggunakan sistem gugur, siapa yang kalah akan langsung tersingkir dari perebutan gelar juara. Setiap game memiliki level ketegangan yang sangat tinggi, dan setiap pemain diharapkan memiliki mental yang kuat untuk menghadapinya. Ini merupakan saat-saat dimana Andy Batam dan Romy Chandra bisa membagi ketenangan mereka terhadap para pemain PJE lainnya. "Mental pas final game itu beda sama reguler game, mudah-mudahan anak-anak udah siap mental, karena di final game tidak hanya fisik dan teknik yang berperan, tapi mental itu sangat penting", ujar Andy Batam.

Andy Batam memang baru berusia 30 tahun, namun pengalamannya dalam bermain basket di level nasional sudah bisa dibilang senior. Ia mengawali karir basket di Indonesia bersama tim Aspac Jakarta pada tahun 1997. Selama 10 tahun karirnya bersama Aspac, ia meraih 5 gelar juara (2000,2001,2002,2003,2005). Awal era 2000an memang menjadi era keemasan Aspac. Ketika itu tim Aspac dipenuhi oleh para bintang basket Indonesia seperti Romy Chanda, Ali Budimansyah, Mario Wuysang, Riko Hartono, dan beberapa pemain lainnya.

Beda halnya dengan tim yang dibela Batam sekarang yaitu Pelita Jaya Esia. Meski memiliki beberapa pemain bintang seperti Kelly Purwanto, Dimas Aryo, Ponsianus Indrawan, dan Andy Batam sendiri, tim ini belum memiliki mental juara seperti seperti Aspac dan Satria Muda. Disinilah tugas berat Batam sebagai seorang pemain senior dalam membawa anak-anak PJE lainnya menuju level yang lebih tinggi. Andy Batam sendiri bergabung bersama PJE pada tahun 2008. Sebelum bergabung bersama PJ, Batam sempat berfikir untuk retire karena pada saat itu kontraknya bersama Aspac habis dan dia tidak bisa bergabung bersama tim Garuda karena masalah budget. Namun ketika dihubungi Andiko Purnomo (Ketum PJE) untuk bergabung bersama PJ, Batam yang kebetulan teman SMA Andiko sewaktu SMA, langsung menerima tawaran tersebut. "Diko nelfon gw dan ya udah, secara teman kecil juga, kita saling membantu dengan rasa kekeluargaan", ujar Batam.

Keputusannya itu memang membawa berkah bagi kedua pihak. Di satu sisi, PJE yang waktu itu baru ditangani manajemen baru, memerlukan sosok seorang pemain senior yang mampu mengangkat prestasi para pemain lama Peita Jaya seperti Harris Sogirin, Erick Sebayang, Samuel Kurniahu, dan beberapa pemain lainnya. Bagi Batam, kesempatan ini merupakan peluang besar baginya untuk menunjukkan bahwa dia masih merupakan salah satu pemain bintang di level Indonesia. Alhasil, tahun pertamanya bersama PJE pun bisa dibilang lumayan. Menjadi MVP All-Star IBL 2009 di Bandung dan berhasil membawa PJE masuk ke babak playoff pada tahun tersebut. Sayang Pelita Jaya harus tersingkir di babak pertama playoff ketika itu.

Pembenahan liga dan tim Pelita Jaya Esia pun terjadi di tahun berikutnya. Menurut Batam, kompetisi NBL yang sekarang bergulir di Indonesia pun memberi warna yang berbeda bagi basket tanah air. "Sistem pertandingan berbeda dan lebih seru, penonton lebih rame dan tim-tim pun lebih kompetitif", ujarnya. Pelita Jaya Esia sendiri mengambil beberapa pemain tambahan seperti Romy Chandra, Kelly Purwanto, Dimas Aryo, Indrawan Ponsianus, serta Ary Chandra untuk membantu Batam mengembangkan tim ini. Batam menyatakan bahwa tim PJE yang sekarang merupakan sebuah tim yang komplit dan gampang untuk saling dimengerti antara setiap pemainnya. Ia menegaskan bahwa,"Tim solid itu pertama tergantung menagement karena kalau memang serius mau juara, semua harus one page of the book, dan semua pemain harus punya kewajiban yang sama yaitu ingin juara". "Jadi bukan hanya beberapa pemain atau official yang mau juara, tapi semua bagian dari team".

Gimana cara membangun mental juara seperti yang dia raih bersama Aspac? Jawabannya adalah bersungguh-sungguh pada saat latihan karena itu menggambarkan situasi pada saat pertandingan sesungguhnya. "Gw mau anak-anak kalau latihan ngga mau kalah, karena semua berawal dari latihan. Terus saling membantu kalau defense dan sungguh-sungguh jaga ketat, dan kalau offense jika bisa ngelewatin ya keluarin skill masing-masing, soalnya di real game semua yang udah di prepare pasti akan kepakai", ujar Batam. Inti dari pernyataannya tersebut adalah bahwa setiap pemain harus selalu serius meski hanya dalam sebuah latihan. Latihan merupakan dasar dari apa yang dilakukan dalam pertandingan sesungguhnya.

Siapapun lawan PJE di Championship series nanti, tidak bisa dianggap sebelah mata meski PJE memiliki rekor bagus selama regular season. Batam menegaskan bahwa semua tim bisa saling mengalahkan dan itulah kira-kira yang akan terjadi di playoff nanti. "Siapapun yang paling siap, merekalah yang akan menjadi juara", ujarnya. Apalagi Pelita Jaya terkadang terlihat kurang greget melawan tim-tim papan bawah selama NBL 2010-2011 ini bergulir. Meski menang telak, penampilan mereka terkadang tidak enak untuk ditonton. Contohnya ketika menang telak atas Citra Satria di seri IV Denpasar kemarin, meski menang lebih dari 40 angka, Pelita Jaya melakukan turnover sebanyak 24 kali. Batam mengakui kalau konsistesi melawan tim-tim papan bawah masih merupakan suatu hal yang harus dibenahi.

Sampai seri IV kemarin, Batam hanya bisa tampil 13 kali bagi Pelita Jaya Esia karena cedera lutut yang sempat dideritanya pada seri III Solo kemarin. Beruntung cedera lutut kirinya tidak separah yang diduga dan mampu membela PJE di 2 pertandingan penting PJE di seri IV Bali kemarin. Sementara ini Batam menyumbang 142 angka pagi PJE (10.9 ppg) dan 62 rebounds (4.8 rpg). Impian juara bersama Pelita Jaya Esia merupakan tujuan utamanya sekarang ini. Batam menyatakan bahwa jika ia juara bersama Pelita Jaya itu merupakan suatu kebanggaan tersendiri baginya karena ia berhasil membawa tim lain selain Aspac untuk menajdi juara. "Yang pasti kalau PJE juara gw akan sujud syukur kepada Tuhan, karena itulah misi gw sekarang ini". Semoga saja pengalaman dan mental juara 5 kali Andy Batam bersama Aspac bisa membuat Pelita Jaya menuju kearah sana. Dibantu dengan bimbingan coach Rastafari dan captain Romy Chandra, kita semua yakin kalau Pelita Jaya merupakan suatu perpaduan yang pas antara pemain senior dan pemain muda berbakat.

Menurut Andy Batam, ia masih akan bermain basket dalam 3-5 tahun kedepan. Setelah itu, ia akan melanjutkan karir sesuai dengan background pendidikannya. "Pelita Jaya would be my last team, setelah itu kalau bisa gw dapet kerjaan sesuai background pendidikan gw" ujarnya. Batam sendiri punya pesan khusus buat para fans di tanah air, "Keep supporting PJE and say no to drugs, basket boleh tapi pendidikan harus nomer satu".

No comments:

Post a Comment