Wednesday, July 6, 2011

Meningkatkan Mutu Olahraga di Indonesia

Belakangan ini, hampir semua cabang olahraga di Indonesia mengalami "stagnasi" atau bahkan kemunduran. Sebelum berbicara lebih banyak, mari kita lihat prestasi Indonesia pada Olimpiade di 20 tahun terakhir:
1992: Barcelona. Indonesia meraih 2 emas 2 perak 1 perunggu dan berada di urutan 24 dari 169 negara peserta. 2 peraih emas tersebut adalah Susi Susanti (Bulutangkis tunggal putri) dan Alan Budikusuma (Bulutangkis tunggal putra)
1996: Atlanta. Indonesia meraih 1 emas 1 perak 2 perunggu dan berada di posisi ke 41 dari 197 negara peserta. 1 emas diraih oleh Rexi Mainaky/ Ricky Subagja (Bulutangkis ganda putra).
2000: Sydney. Indonesia meraih 1 emas 3 perak 2 perunggu dan berada di posisi 38 dari 199 negara peserta. 1 emas diraih oleh Tony Gunawan/Chandra Wijaya (Bulutangkis ganda putra).
2004: Athena. Indonesia meraih 1 emas 1 perak 2 perunggu dan berada di posisi 48 dari 201 negara peserta. 1 emas diraih oleh Taufik Hidayat (Bulutangkis tunggal putra).
2008: Beijing. Indonesia meraih 1 emas 1 perak 3 perunggu dan berada di posisi 42 dari 204 negara peserta. 1 emas diraih oleh Markis Kido/Hendra Setiawan (Bulutangkis ganda putra).

Melihat dari sejarah 20 tahun terakhir, prestasi olahraga Indonesia di tingkat dunia tidaklah membaik dari tahun ke tahun. Meski selalu mendapatkan satu emas di 5 Olimpiade terakhir, namun hal ini bukanlah hal yang memuaskan bagi pencinta olahraga di tanah air kita. Dengan jumlah penduduk sekitar 240 juta manusia (terbanyak keempat di dunia), mustinya kita memiliki banyak sumber daya atlet untuk berprestasi di tanah air.

Pemerintah seharusnya khawatir dengan hal ini mengingat olahraga merupakan hal global yang bisa mengharumkan nama sebuah negara. Tercatat 204 negara ikut serta pada Olimpiade terakhir. Ini menandakan bahwa semua negara ingin atlitnya mencapai suatu prestasi yang dapat mengharumkan nama negaranya.

Bagaimana cara mencari sumber daya atlet Indonesia yang berbakat? Tentunya kita harus mencari keseluruh pelosok tanah air dan tidak hanya berkonsentrasi di kota-kota besar saja. Sarana olahraga juga satu hal yang harus diperhatikan pemerintah untuk meningkatkan mutu altit kita. Bayangkan saja, tim Nasional basket kita sampai sekarang belum punya stadion yang pasti untuk berlatih. Mereka masih harus berpindah-pindah mencari tempat untuk berlatih setiap harinya.

Pada seminar Sport Administration course yang berlangsung bulan April lalu, Dr Greg Wilson, konsultan Indonesia Olympic Committee asal Australia, memberikan pelajaran mengenai beberapa cara untuk meningkatkan mutu atlet kita disertai pencarian bakat yang menunjang.

Salah satu cara tersebut adalah memadukan science (ilmu pengetahuan) dengan olahraga. Ilmu pengetahuan olahraga sendiri adalah penggunaan metode ilmiah, teknis, dan peralatan untuk memaksimalkan perkembangan atlet. Tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan olahraga ini merupakan hal utama di jaman sekarang untuk memajukan olahraga di suatu negara. Ambil contoh negara Australia dan Jepang yang sudah menggunakan ilmu pengetahuan olahraga ini dalam 10-30 tahun belakangan ini.

Australia pertama kali membuka Australian Institute of Sport (AIS) pada tahun 1981 setelah merasa kecewa dengan hasil perolehan medali mereka pada Olimpiade Montreal 1976 dimana mereka gagal mendapatkan satu medali emas-pun. Dan hasilnya, sejak tahun 1984 sampai tahun 2008, perolehan medali emas mereka di Olimpiade meningkat secara pesat. Berikut adalah perolehan medali mereka dari tahun 1976 - 2008.
1976 : emas 0 perak 1 perunggu 4 total 5
1980 : emas 2 perak 2 perunggu 5 total 9
1981 : AIS didirikan
1984 : emas 4 perak 8 perunggu 12 total 24
1988 : emas 3 perak 6 perunggu 5 total 14
1992 : emas 7 perak 9 perunggu 11 total 27
1996 : emas 9 perak 9 perunggu 23 total 41
2000 : emas 16 perak 25 perunggu 17 total 58
2004 : emas 17 perak 16 perunggu 16 total 49
2008 : emas 14 perak 15 perunggu 17 total 46

Dilihat dari perolehan medali Australia di 9 Olimpiade terakhir, terlihat peningkatan pada perolehan medali emas sejak AIS didirikan tahun 1981. Peningkatan secara signifikan ini merupakan hasil perkembangan AIS di tingkat regional Australia dan telah membangkitkan kesuksesan olahraga mereka di tingkat internasional, khususnya Olimpiade.

Ilmu pengetahuan olahraga ini sendiri memiliki banyak departemen, yang diantaraya:
1. Fisiologi - pelatihan ketinggian
2. Biokimia - kimia darah dan latihan berlebihan
3. Biomekanik - teknis analisis
4. Psikologi - strategi motivasi
5. Nutrisi - makanan yang dimakan / masuk
6. Ilmu kedokteran - cedera
7. Terapi fisik - pemulihan atlet (fisioterapi dan pijat)
8. Analisis prestasi dan keahlian tambahan

Biomekanik (teknis analisis) merupakan suatu cara yang sangat ampuh untuk mengetahui kualitas seorang atlet di bidang olahraganya. Beberapa hal dalam biomekanik adalah kamera berkecepatan tinggi untuk mengukur teknik seorang atlet. Ada juga beberapa sistem software seperti Dartfish yang dapat digunakan untuk menilai teknik atlet.

Latihan fisiologi (latihan ilmiah dan adaptasi) merupakan tes dengan menggunakan variasi peralatan seperti VO2 max testing. VO2 max testing adalah penilaian maksimum dari konsumsi oksigen. Dengan menghirup udara yang mengandung oksigen rendah, tubuh seorang atlet dapat dipaksa untuk beradaptasi dengan meningkatkan kadar sel darah merah untuk meningkatkan kebugaran aerobik.

Ada juga sports vision trainer atau alat olahraga pelatih daya lihat. Alat ini sangat bagus untuk perkembangan dari kecepatan dan koordinasi dalam olahraga temput, bulutangkis, penjaga gawang dalam sepakbola, polo air, dan umumnya untuk gerakan meneruskan/melewati dan melempar dalam olahraga bola lainnya. Teknologi ini baik untuk mengembangkan dan mengidentifikasi bakat seorang atlet.


Institut olahraga ini sendiri juga harus tersebar di beberapa propinsi yang berada di Indonesia sehingga semua atlet mendapatkan kesempatan yang merata untuk melakukan tes.
Negara Jepang telah membangun Institut Ilmu pengetahuan olahraga mereka pada tahun 2001. Berikut adalah foto-fotonya:











Ada banyak faktor yang harus dipahami untuk membuat suatu Ilmu pengetahuan olahraga di suatu negara. Salah saktu faktor itu dan merupakan komponen yang cukup penting adalah seorang ilmuwan ahli olahraga. Seorang ahli dan mahir yang dapat mengoperasikan peralatan dan menafsirkan data ke pelatih dan atlet adalah faktor yang paling penting. Peralatan teknologi yang berhubungan dengan ilmu olahraga tidak ada gunanya tanpa ahli terlatih untuk mengoperasikan dan menerapkannya.

Identifikasi Bakat
Hal berikut yang harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu olahraga di sebuah negara adalah pencarian ataupun identifikasi bakat. Sistem pelatihan di negara kita, khususnya pada tahap awal pengembangan, tidak mengikutsertakan program identifikasi bakat. Kita lebih banyak menghabiskan energi untuk memberikan pelatihan kepada orang-orang yang datang sendiri, baik berbakat ataupun tidak. Contohnya: Anak seorang pebulutangkis terkenal ikut berlatih di pelatnas meskipun mungkin dia tidak berbakat seperti orang tuanya. Hal lainnya adalah mengembangkan seseorang yang memiliki bakat pas-pasan dan terpaksa dikembangkan karena tidak adanya lagi pilihan atlet lain.

Jika tujuannya adalah mengembangkan atlet kelas dunia, maka pengembangan secara efisien kepada para atlet muda yang memiliki kualitas harus diupayakan secara maksimal. Kepercayaan seorang atlet meningkat jika mereka telah diidentifikasi sebagai seorang atlet yang memiliki kemampuan unggul. Jika pencarian bakat dilakukan secara benar, maka akan tumbuh sebuah grup besar yang berisikan atlet-atlet ungguldan akan meningkatkan persaingan diantara mereka sehingga menjadi lebih baik.

Sebuah program identifikai bakat harus melibatkan seorang ilmuwan olahraga yang mampu membantu seorang atlet dengan evaluasi pelatihan secara teratur. Banyak orang muda berbakat di bidang olahraga yang kehilangan kesempatan untuk menjadi unggul karena keistimewaan khusus mereka tidak tahu diarahkan untuk olahraga apa yang bisa membuat mereka menjadi unggul.

Itu semua juga harus didukung oleh fasilitas dari pemerintah yang memadai. Tidak ada gunanya mengidentifikasi anak-anak yang mempunyai bakat jika tidak didukung oleh fasilitas, peralatan, dan pelatihan yang memadai serta dukungan keuangan untuk mewujudkan semuanya.

Beberapa variabel yang bagus untuk mengidentifikasi bakat seorang anak adalah sebagai berikut:
1. Vertikal lompat tinggi
2. Waktu untuk 40 meter sprint.
3. Jarak yang dapat ditempuh dalam 12 menit berlari.
4. Tinggi dan panjang anggota badan.
5. Kekuatan dasar dalam kegiatan seperti push up, chin ups, jongkok satu kaki, dll.
6. Fokus dan kepribadian yang baik.
7. Dukungan penuh dari keluarga.
8. Rendahnya tingkat lemak dalam tubuh.
9. Kemampuan teknis yang baik dalam olahraga yang dipilihnya.

Penciptaan sistem olahraga sekolah dari tingkat SD sampai SMA sudah cukup berkembang di seluruh Indonesia dan ini merupakan dasar yang baik untuk melakukan identifikasi bakat. Setiap federasi nasional ataupun propinsi perlu memiliki anggota staf yang mampu untuk mengkoordinasi dan membanti kompetisi olahraga di tinggat sekolah.


Youth Olympic Games
Indonesia harus menggunakan Youth Olympic Games (YOG) sebagai cara untuk meningkatkan minat olahraga elit di tingkat remaja. Setiap nasional dan propinsi federasi harus saling berkomunikasi soal standar kualifikasi serta level yang telah dicapai oleh peraih medali di YOG yang baru-baru ini digelar di Singapura. Kita harus membuat suatu cara agar anak-anak remaja di Indonesia mempunyai mimpi untuk berkompetisi di YOG demi mengharumkan nama bangsa ini. YOG berikutnya akan digelar di Nanjing pada bulan Agustus 2014.

Tentunya semua ini akan terjadi jika mendapatkan perhatian dan dukungan keuangan yang lebih dari pemerintah. Australia telah melakukan semula hal untuk memajukan olahraganya sejak tahun 1981. Itu tandanya kita berada 30 tahun dibelakang mereka. Dan jika kita tidak memulainya dalam jangka waktu dekat ini, maka kita akan terus tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lainnya.

Memang ilmu pengetahuan olahraga ini baru bisa dilakukan oleh negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Jepang, ataupun China. Namun sedikit demi sedikit kita harus sudah memulai perbaikan infrastruktur olahraga kita. Hal kecil seperti sarana olahraga yang langka di negara ini harus sudah dibenahi. Semoga saja pemerintah peka terhadap hal ini dan melakukan sesuatu terhadapnya.

1 comment: